Thursday, 8 March 2007

Menunggu itu Menyebalkan ? (part 2)


Ini adalah lanjutan dari "Menunggu itu Menyebalkan ?".

Aku telah merasakan poin ke-2 dimana sesuatu yang aku tunggu tidak menyadari bila sedang ditunggu. Setelah sekian lama aku menunggu, ternyata akhirnya dia tidak datang dan malah pergi. Namun aku terlambat menyadarinya. Marah dan sedih bercampur jadi satu. Ingin sekali aku menangis dan teriak, tapi itu tidak dapat kulakukan, aku hanya bisa diam, padahal hatiku rasanya...
Menunggu itu bukan lagi menyebalkan, namun sesuai dengan lirik lagu dari Ribas bahwa menunggu ternyata menyakitkan. Humpfh......

Sekarang aku baru menyadari kesalahanku. Aku salah karena hanya diam tidak memberitahunya kalau aku menunggunya. Aku salah karena hanya diam membiarkan dia pergi meninggalkanku sendiri.
Sekarang, aku hanya bisa berharap bahwa hal ini adalah yang terbaik untukku dan semua. Aku berharap nantinya akan ada secercah kebahagiaan setelah kejadian menyakitkan ini berlalu.

Wednesday, 14 February 2007

14 Februari

14 Februari dikenal dengan Hari Valentine-nya. Sebenarnya bagaimana sejarah tentang Valentine ini?

Pada tahun 496, (menurut Ensiklopedia Katolik) Paus Gelasius II, menetapkan bahwa 14 Februari merupakan Hari Raya Peringatan Santo Valentinus. Namun ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius II sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli Hari Raya Lupercalia (Lupercus adalah Dewa Kesuburan di Roma kuno) yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.

Pada abad-14, sastrawan Inggris-Geoffrey Chaucer menulis puisi berjudul Parlement of Foules (dikenal juga dengan judul "Parliament of Fowls," "Parlement of Briddes," "Assembly of Fowls" atau "Assemble of Foules") yang berisi bahwa 14 February adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin.

Kemungkinan besar atas dasar itulah kemudian banyak legenda mengenai Santo Valentinus diciptakan. Beberapa di antaranya bercerita bahwa:
  • Sore hari sebelum Valentinus akan gugur sebagai Santo, ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis "Dari Valentinusmu".
  • Ketika serdadu Romawi dilarang menikah oleh Kaisar Claudius II, Santo Valentinus secara rahasia membantu menikahkan mereka.
Mulai saat itu, banyak legenda juga yang menghubungkan 14 Februari dengan keguguran Santo Valentinus sebagai Santo.

Pandangan Islam terhadap Valentine
Islam tidak mengenal hari kasih sayang. Kasih sayang dalam Islam bersifat universal, tidak dibatasi waktu dan tempat dan tidak dibatasi oleh objek dan motif. Hal ini sesuai dengan hadist Nabi Muhammad: "Cintailah manusia seperti kamu mencintai dirimu sendiri." (H.R. Bukhari). Islam melarang keras untuk saling membenci dan bermusuhan, namun sangat menjunjung tinggi akan arti kasih sayang terhadap umat manusia. Rasulullah saw. bersabda : "Janganlah kamu saling membenci, berdengki-dengkian, saling berpalingan, dan jadilah kamu sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. Juga tidak dibolehkan seorang muslim meninggalkan (tidak bertegur sapa) terhadap sudaranya lewat tiga hari" HR. Muslim. Kasih sayang dalam Islam diwujudkan dalam bentuk yang nyata seperti silaturahmi, menjenguk yang sakit, meringankan beban tetangga yang sedang ditinpa musibah, mendamaikan orang yang berselisih, mengajak kepada kebenaran (amar ma'ruf) dan mencegah dari perbuatan munkar.

Jadi, terserah anda bagaimana anda menyikapi Valentine's Day-14 Februari.

Menunggu itu Menyebalkan ?

Betul atau tidak ?

Bila sesuatu yang kita tunggu pada akhirnya datang, maka bersyukurlah. Apalagi bila sesuatu itu membuat kita bahagia.

Bagaimana bila sesuatu yang kita tunggu tidak juga datang? Sebal? Tentu saja. Karena kita telah sabar menunggu. Meskipun dengan sedikit menggerutu.

Namun ada yang lebih menyebalkan, yaitu :
1. Bila sesuatu yang kita tunggu tidak datang dan tanpa konfirmasi;
2. Bila sesuatu yang kita tunggu tidak menyadari bila sedang ditunggu.
Sehingga membuat kita harus menunggu tanpa tahu kapan berakhir.

Jadi untuk saya pribadi, menunggu itu menyebalkan. Karena menunggu = wasting time.

Jangan buat orang lain menunggu bila kita tidak suka menunggu.

Tuesday, 13 February 2007

Our Live Belongs to God

Hidup, selalu penuh dengan cobaan.

Yang dapat kita lakukan untuk melalui cobaan itu hanya berusaha untuk mendapat jawaban dan solusi yang terbaik. Terbaik untuk diri kita sendiri dan lainnya. Dan pastinya kita harus terus bersabar dan berdoa. Karena Tuhan tidak memberi cobaan melebihi batas kemampuan umatnya.

Di balik semua cobaan, pasti ada hikmah yang tersirat. Tergantung kita dapat melihat hikmah itu atau tidak. Hikmah itu tak terlihat bila kita memandang terlalu dekat. Mudurlah selangkah, pasti kita dapat melihatnya. Ambil hikmah itu, camkan, maka akan menjadi pelajaran yang amat berharga.

Pada dasarnya, cobaan yang kita alami merupakan ujian dari Tuhan. Suatu ujian untuk mengukur taraf keimanan kita pada Tuhan kita. Bila kita menjalani ujian itu dengan sabar, ikhlas, dan kita semakin dekat dengan Tuhan, artinya kita lulus dan akan mendapatkan berkah dan kebahagiaan yang setimpal. Tapi bila kita semakin jauh dari Tuhan, jangan berharap mendapat happy ending.

Tetaplah bersyukur bila diberi cobaan. Karena cobaan = perhatian Tuhan.

Remember, our live belongs to God. Dan akhhirnya, dengan cobaan membuat kita semakin dewasa.

Sunday, 11 February 2007

Cum Laude, not guaranteed


Cum laude, bukan jaminan mudah mendapatkan pekerjaan. Apalagi untuk kita yang "datang-duduk-dengar-kerjakan-selesai-pulang". Kenapa? Karena dengan misi "cepat kelar dengan nilai memuaskan", membuat kita hanya fokus untuk belajar dan belajar. Sampai tidak punya waktu atau bahkan lupa untuk menjajal ilmu yang kita dapatkan di bangku kuliah dalam dunia kerja yang sebenarnya. Padahal ilmu yang kita dapatkan dari pengalaman kerja itulah yang lebih bermanfaat.

Ini masukan buat kalian yang masih di bangku kuliah. Misi "cepat kelar, nilai memuaskan" memang tidak salah. Tapi cobalah untuk mulai masuk ke dunia kerja. Magang atau freelance merupakan nilai tambah.

Bagi kita penyandang cum laude yang belum juga mendapatkan pekerjaan, be patience. Kita punya potensi yang mungkin tidak disadari oleh para interviewer. Atau mungkin juga kitanya yang belum dapat menunjukkan bahwa kita berpotensi.


Untuk semuanya >> tetap semangat!!

Tuesday, 6 February 2007

Kalung Mutiara Anisa


Ini cerita tentang Anisa, gadis kecil ceria berusia lima tahun. Suatu sore, Anisa menemani Ibunya berbelanja di suatu supermarket. Ketika menunggu giliran membayar, Anisa melihat sebentuk kalung mutiara mungil putih berkilauan, tergantung dalam kotak berwarna pink yang sangat cantik.
Kalung itu nampak begitu indah, sehingga Anisa sangat ingin memilikinya.
Tapi, dia tahu, pasti Ibunya akan berkeberatan. Seperti biasanya, sebelum berangkat ke supermarket dia sudah berjanji tidak akan meminta apapun selain yang sudah disetujui untuk dibeli. Dan tadi Ibunya sudah menyetujui untuk membelikannya kaos kaki berenda yang cantik.
Namun karena kalung itu sangat indah, diberanikannya bertanya, "Ibu, bolehkah Anisa memiliki kalung ini? Ibu boleh kembalikan kaos kaki yang tadi..." Sang Bunda segera mengambil kotak kalung dari tangan Anisa.
Dibaliknya tertera harga Rp 15,000. Dilihatnya mata Anisa yang memandangnya dengan penuh harap dan cemas.
Sebenarnya dia bisa saja langsung membelikan kalung itu, namun ia tak mau bersikap tidak konsisten. "Oke... Anisa, kamu boleh memiliki kalung ini.
Tapi kembalikan kaos kaki yang kau pilih tadi. Dan karena harga kalung ini lebih mahal dari kaos kaki itu, Ibu akan potong uang tabunganmu untuk minggu depan. Setuju?"
Anisa mengangguk lega, dan segera berlari riang mengembalikan kaos kaki ke-raknya. "Terimakasih..., Ibu." Anisa sangat menyukai dan menyayangi kalung mutiaranya. Menurutnya, kalung itu membuatnya nampak cantik dan dewasa. Dia merasa secantik Ibunya. Kalung itu tak pernah lepas dari lehernya, bahkan ketika tidur. Kalung itu hanya dilepasnya jika dia mandi atau berenang. Sebab, kata ibunya, jika basah, kalung itu akan rusak, dan membuat lehernya menjadi hijau...
Setiap malam sebelum tidur, Ayah Anisa akan membacakan cerita pengantar tidur. Pada suatu malam, ketika selesai membacakan sebuah cerita, Ayah bertanya: "Anisa..., Anisa sayang nggak sama Ayah?"
"Tentu dong... Ayah pasti tahu kalau Anisa sayang Ayah!"
"Kalau begitu, berikan kepada Ayah kalung mutiaramu..."
"Yah..., jangan dong Ayah! Ayah boleh ambil "si Ratu" boneka kuda dari nenek! Itu kesayanganku juga"
"Ya sudahlah sayang... nggak apa-apa!" Ayah mencium pipi Anisa sebelum keluar dari kamar Anisa.
Kira-kira seminggu berikutnya, setelah selesai membacakan cerita, Ayah bertanya lagi: "Anisa..., Anisa sayang nggak sih, sama Ayah?"
"Ayah, Ayah tahu bukan kalau Anisa sayang sekali pada Ayah?"
"Kalau begitu, berikan pada Ayah kalung mutiaramu."
"Jangan Ayah... Tapi kalau Ayah mau, Ayah boleh ambil boneka Barbie ini."
Kata Anisa seraya menyerahkan boneka Barbie yang selalu menemaninya bermain. Beberapa malam kemudian, ketika Ayah masuk ke kamarnya, Anisa sedang duduk di atas tempat tidurnya. Ketika didekati, Anisa rupanya sedang menangis diam-diam. Kedua tangannya tergenggam di atas pangkuan.
Dari matanya, mengalir bulir-bulir air mata membasahi pipinya...
"Ada apa Anisa, kenapa Anisa?"
Tanpa berucap sepatah pun, Anisa membuka tangannya. Di dalamnya melingkar cantik kalung mutiara kesayangannya. "Kalau Ayah mau... ambillah kalung Anisa."
Ayah tersenyum mengerti, diambilnya kalung itu dari tangan mungil Anisa.
Kalung itu dimasukkan ke dalam kantong celana. Dan dari kantong yang satunya, dikeluarkan sebentuk kalung mutiara putih... sama cantiknya dengan kalung yang sangat disayangi Anisa.
"Anisa... ini untuk Anisa. Sama bukan? Memang begitu nampaknya, tapi kalung ini tidak akan membuat lehermu menjadi hijau."
Ya..., ternyata Ayah memberikan kalung mutiara asli untuk menggantikan kalung mutiara imitasi Anisa.

Sahabatku, demikian pula halnya dengan Tuhan . Terkadang Dia meminta sesuatu dari kita, karena Dia berkenan untuk menggantikannya dengan yang lebih baik. Namun, kadang-kadang kita seperti atau bahkan lebih naif dari Anisa: menggenggam erat sesuatu yang kita anggap amat berharga, dan oleh karenanya tidak ikhlas bila harus kehilangan.

Sunday, 4 February 2007

Tips untuk Kita Para "Pemalas" dan "Pelupa"

Lupa dan Malas. Hal wajar yang biasa terjadi. Namanya juga manusia, tidak ada manusia yang sempurna. Tapi sudah tidak lagi bisa dikatakan wajar kalau banyak teman yang memberi cap "tukang telat", "pemalas", atau julukan-julukan sebangsanya yang bisa buat image kita jelek. So, perhatikan dan boleh dicoba tips berikut ini bagi kita-kita yang "pemalas" dan "pelupa".

Saturday, 3 February 2007

Tulisan Pertama

Hello World!!!

Ini adalah tulisan pertamaku untuk blog yang baru kubuat kemarin (3 Februari 2007). Berjam-jam aku cuma bisa bengong, bingung akan nulis apa di blog ini.

Mungkin untuk pendahuluan satu-dua bulan ini aku akan menuliskan apapun yang aku pikirkan, apapun yang aku dapatkan yang mungkin akan berguna untuk semuanya.

Jadi aku minta maaf kalau isinya
mbulet dan membingungkan.