Betul atau tidak kalau cerewet atau omelan atau
bawel itu tanda sayang? Menurutku sih ada benarnya,sebatas omelannya tidak
sampai menyakiti hati kita atau menjatuhkan dan memang untuk kebaikan kita.
Seperti misalnya Orang Tua mengingatkan kita untuk tidak pulang larut malam
atau Guru mengomel saat kita berkali-kali tidak mengerjakan tugas atau Istri
bawel karena Suami pulang larut tanpa kabar dan lainnya. Semuanya pasti ada
alasan di balik omelan, kritikan, kecerewetan, dan kebawelan itu.
Hanya saja mungkin caranya yang salah.
Mengingatkan dengan keadaan emosi akan membuat kita berbicara dengan nada
tinggi dan cepat. Yang pastinya membuat orang lain akan ikut emosi dan otomatis
apa yang kita sampaikan tidak betul-betul tersampaikan karena mereka sudah
malas mendengar kita mengomel. Masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Padahal
bila kita berbicara dengan kalimat yang sama dengan nada rendah dan pelan
(sambil tersenyum mungkin) pasti akan diterima berbeda. Coba saja kalau tidak
percaya :D
Mengomel juga ada batasnya, tidak semua orang
tahan untuk mengomel terus menerus untuk permasalahan yang sama. Dan kita malah harus berhati-hati bila orang yang biasanya mengomeli kita tiba-tiba
memutuskan sudah tidak peduli lagi, berbicara seadanya, apalagi sampai tidak
menegur, tidak menyapa, terlebih mendiamkan kita. Itu saatnya kita untuk
interospeksi, mungkin saja kesalahan, tindakan, atau tingkah laku kita memang sudah
sangat keterlaluan. Jadi, waspadalah kalau yang biasanya cerewet ke kita tiba-tiba mengacuhkan.....
No comments:
Post a Comment